Married Single adalah keadaan dimana pasangan suami istri (pasutri) atau rohaniwan bertindak seolah-oleh masih bujangan. Mungkin tindakan-tindakan ini baik baik saja, tetapi hal ini menghalangi pasutri untuk hidup dalam relasi yang intim/ akrab dan erat dengan pasangan atau pastor dengan orang serumah dan umat.
Sukses dalam segala bidang tentu saja merupakan impian bagi semua orang. Sedangkan definisi sukses bagi setiap orang tidak sama.
Sukses Bagi Pastor :
·Sukses saat berhasil menyelesaikan pendidikan dan ditahbiskan.
·Saat bisa membawa satu paroki yang loyo menjadi hidup.
·Saat berhasil membangun stasi atau gereja baru, dsb
Sukses Bagi Awam
·Lulus ujian merupakan sukses bagi mahasiswa
·Berhasil melewati wawancara merupakan sukses bagi calon pegawai
·Promosi dan kenaikan gaji merupakan sukses semua pegawai
·Memperoleh keuntungan besar dan berhasil membuka cabang atau perusahaan baru merupakan sukses bagi semua pengusaha
·Pencapaian target tahunan merupakan sukses bagi agen asuransi, supervisor, salesman, semua department dalam perusahaan dan tentu saja si pimilik perusahaan.
·Membina relasi yang intim dan hangat adalah sukses bagi suami istri
Cerita Ilustrasi :
Ada seorang suami yag naik pangkat dari sales manager menjadi marketing area manager dengan kenaikan gaji beberapa kali lipat. Sore harinya dia menemui istrinya untuk menyampaikan kabar gembira ini. Tentu saja sang istri ikut bergembira. Namun suasana gembira ini segera berubah ketika suaminya mengatakan : “ aku sekarang sudah menerima tanggung jawab yang lebih besar, jadi bila sebelumnya perhatianku 50% untuk perusahaan dan 50% untuk kamu dan anak-anak, sekarang mesti berubah menjadi 80% untuk perusahaan dan 20 % untuk kamu dan anak-anak.
Tentu saja pernyataan suami tidak benar. Tidak ada seorang pengusahapun yang mau menerima kita sebagai karyawan bila kita tidak fokus 100% pada pekerjaan. Demikian juga keluarga (istri dan anak-anak) memerlukan fokus 100%.
Beberapa ibu rumah tangga juga mengeluh ketika menyadari suaminya memang sukses dari segi materi serta hidup mereka berkecukupan. Tetapi sekarang ibu tersebut merasa sendirian dan kesepian, anak-anak jarang bertemu dengan ayah mereka, dan dia malah merasa lebih bahagia saat masih tinggal dirumah kontrakan. Ternyata banyak uang belum tentu bahagia.
Suami (atau juga istri) yang demikian sibuk ditempat kerja, sampai membawa pulang pekerjaan ke rumah dinamakan “married single” sudah menikah tetapi masih bersikap bujangan.
Ada 3 Jenis married single:
1.Meninggalkan pasangan (sementara) karena kekecewaan yang mendalam, terjadi pertengkaran, kebutuhan harga diri dan dicintai tidak terpenuhi dirumah sehingga melakukan “pelarian” untuk mengejar kebutuhan tersebut diluar rumah, bagi pastor menghindar berjumpa dengan teman serumah misalnya dengan tidak untuk makan bersama, menyampaikan pesan-pesan dengan menulis di papan tulis dan lain lain.
2. Melakukan kesibukan yang berlebihan, bisa dalam pekerjaan, menekuni hobby (bulu tangkis, catur, golf, diving, photography dan lain-lain) termasuk kerja atau pelayanan sosial.
3. Tidak melibatkan pasangan misalnya: mengelola keuangan sendiri sendiri (istri ikut bekerja), membeli sesuatu dalam jumlah material tanpa melibatkan pasangan, membantu keluarga (ortu, saudara/adik) secara sembunyi-sembunyi, punya teman pergaulan sendiri (tidak melibatkan pasangan) dan lain-lain.
Sikap bujangan ini bermacam-macam dan tidak selalu dikaitkan dengan kerja keras tanpa batas. Ada beberapa contoh kasus married single dari beberapa pasutri sbb
·Seorang Ibu mengeluh bahwa setiap malam, suaminya makan malam dengan sangat cepat dan langsung menghilang. Kemana ? Kumpul ngobrol dengan teman-temanya di Pos Hansip. Tiap malam, tidak peduli Sabtu dan Minggu, bahkan bila hujan lebatpun. Kalau istrinya mengajak ke mal dan hari mendung saja dibatalkan, tetapi bila ke pos hansip biar halilintar tetap saja lenyap dengan membawa payung. Istri ditinggal kesepian di rumah.
·Ibu lain mengeluhkan suaminya tiap hari pulang larut, sering lewat tengah malam. Pagi kekantor saat anak-anak sudah sekolah. Praktis tidak pernah bertemu anak-anak karena di saat weekend digunakan untuk tidur sepanjang hari, bahkan sering juga ke kantor atau tugas luar kota, Bapak terkejut melihat anak-anak., tiba-tiba saja sudah menjadi seorang pemuda gagah dan putri cantik, tetapi relasi antara anak dengan bapak tersebut hambar.
·Seorang istri yang kelewat rajin prospek sampai sering ke luar kota. Suaminya tidak sanggup mengambil alih urusan rumah tangga sehingga anak-anak mereka lebih banyak bersama pengasuh, tanpa control pergaulannya, rentan terhadap ancaman narkoba.
· Suami / istri yang sangat aktif di gereja, jadi anggota DPP, prodiakon, pelatih koor, pengasuh OMK, terlibat dalam bina iman remaja dan lain-lain. Sepulang dari tempat kerja, secara terburu-buru makan malam dan langsung pergi ke gereja, termasuk pada hari minggu. Istri/ Suami dan anak-anak kesepian dan malah jarang disapa.
Beberapa realitas tersebut diatas banyak terjadi disekeliling kita atau bahkan di lingkungan keluarga kita. Hal tersebut merupakan tantangan hidup berkeluarga dan selibat yang tentunya perlu disikapi secara bijaksana. Untuk menjawab tantangan tersebut perlu adanya keterbukaan hati baik dari suami maupun istri dalam hal membangun komunikasi perasaan yang penuh cinta kasih, harapannya setelah terjalin komunikasi yang baik maka masing-masing pihak berusaha untuk merubah dirinya sendiri demi kebaikan dan keakraban relasinya dengan pasangannya dan bukan menuntut perubahan diri pasangannya.
Gereja Katolik di Indonesia, sejak tahun 1975 telah memiliki sebuah gerakan Cinta Kasih yang memiliki perhatian khusus pada bidang komunikasi dan relasi pasutri. Gerakan ini diperkenalkan pertama kali oleh Sr. Patricia dari Paroki Gembala Baik kepada Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Sukoto, SJ dan sampai saat ini sudah lebih dari 2 juta pasutri serta ribuan Imam/Bruder/Suster telah mendapatkan manfaat dari gerakan ini. Nama dari gerakan cinta kasih ini adalah Marriage Encounter (ME), dan gerakan ini sudah berkarya di hampir seluruh keuskupan di Indonesia. Pada keuskupan-keuskupan tersebut termasuk Keuskupan Agung Samarinda gerakan ini secara rutin menyelenggarakan kegiatan positif bagi pasutri dan rohaniwan/wati yaitu Akhir Pekan Marriage Encounter (APME).
Jadwal APME yang terdekat akan diadakan pada tanggal 15 sd 17 April 2016, di Rumah Retret, Bukit Rahmat, Putak. Jika ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang APME dapat membaca artikel tentang pertanyaan seputar APME disini atau menyaksikan video tentang weekend / akhir pekan ME di Youtube disini.
Untuk informasi dan pendaftarannya dapat menghubungi Pasutri di masing-masing paroki sbb : Paroki St. Petrus Paulus, Dahor , dengan Pasutri Floren-Niko Leong (0812 5805 568), Pita-Ramson (0813 5060 2144), Paroki St. Theresia Prapatan dengan Pasutri Dewi-Pio (0815 4569 2466), Carolina-Rofinus (0811 590 739), Nana-Narro ( 0813 47 880 186 ), Pastor Frans Huvang, MSF. Paroki St. Klemens Sepinggan dengan Pasutri Lusia-Yohanes (0812 582 4470) dan Dewi-Benny Bisma (0811-593-010 ). Sedangkan untuk kota Samarinda dan sekitarnya dapat menghubungi Pasutri Hety-Beny ( 0812 5454 1093 ), Pasutri Betty-Richard ( 0812 5822 404), Pastor Indro, Pr. (Sumber : Majalah Relasi ME Edisi 65 )