Pengantar
Hampir semua denominasi Protestan mengatakan Hanya Alkitab sumber Iman Kristiani (Sola Scriptura) tetapi tidak untuk Gereja Katolik. Lalu apakah dengan ini Gereja Katolik tidak menghargai Kitab Suci? Oh tentu tidak sebab Alkitab sendiri ditetapkan oleh Gereja Katolik maka adalah aneh jika justru Katolik tidak menghargai Kitab Suci (untuk lebih jelasnya baca Sejarah Alkitab). Gereja Katolik menerima Kitab Suci sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. mengapa? sebab masih ada 2 hal yang lain yaitu:
A. Hak Mengajar Gereja (Magisterium)
Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 Tim 3:15) juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)(untuk lebih jelasnya lihat tentang kepausan) dan kepada para rasul yang lain (Mat 18:18; Lk 10:16). Atas dasar inilah maka jemaat awal taat pada pengajaran para rasul (Kis. 2:42). lalu apakah hak mengajar ini hanya untuk para rasul atau diwariskan kepada para penggantinya? Tentu saja hak mengajar ini diwariskan sebab Yesus menjanjikan Gereja-Nya akan bertahan sampai sepanjang masa (Matius 28:20). Kita tahu para rasul tidak akan bertahan sepanjang masa karena mereka adalah manusia tentu secara akal sehat pastilah wewenang itu diwariskan supaya Gereja dengan pola yang sama seperti dahulu (Apostolik) tetap bertahan sepanjang masa.
B. Tradisi Suci.
Tradisi Suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan dalam:
Apakah Tradisi ini terjamin kebenarannya karena tidak tertulis? Tradisi terjamin kebenarannya karena dipelihara oleh Gereja yang adalah tiang pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 Tim 3:15). Contoh Tradisi Suci adalah masalah Maria diangkat ke Surga ini sebenarnya Tradisi Apostolik karena paham ini berkembang sejak jaman dahulu ketika masih dekat dengan masa Para Rasul seperti yang diungkapkan oleh St. Gregorius (594 AD), uskup Tours, mengungkapkan bahwa "the Lord . . . commanded the body of Mary be taken in a cloud into paradise; where now, rejoined to the soul, Mary reposes with the chosen ones." St. Germaine I (+732 AD), Patriarch of Constantinople, berbicara tentang Maria, "Thou art . . . the dwelling place of God . . . exempt from all dissolution into dust." St. John Damascene menekankan pula, "He who had been pleased to become incarnate (of) her . . . was pleased . . . to honor her immaculate and undefiled body with incorruption . . . prior to the common and universal resurrection." Hingga akhirnya paham ini dijadikan dogma secara resmi pada 1 November 1950 oleh Paus Pius XII dan paham ini juga dapat digali dalam Alkitab (lihat pada Maria sebagai Tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa noda dosa & Maria diangkat ke surga) dari contoh jelas Alkitab dan Tradisi saling menunjang bahkan sebenarnya Alkitab adalah Tradisi yang Tertulis seperti yang diungkapkan dalam Lukas 1:1-4 yang bila kita baca prolog injil tsb maka alurnya akan tampak seperti ini: pada mulanya adalah ajaran lisan yang disampaikan orang-orang yang merupakan saksi mata apa yang diperbuat Yesus dan "Pelayan Firman" lalu penulis Injil Lukas membukukan semuanya setelah diselidiki kebenarannya supaya memperkuat keyakinan bahwa apa yang sudah diterima (secara lisan) adalah benar adanya.
Dari uraian mengenai Tradisi - Kitab Suci - Magisterium jelaslah bahwa dari uraian di atas nampak betapa eratnya hubungan Tradisi dan Alkitab. Oleh karena itu Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab. dan dalam menafsirkan Tradisi & Alkitab Gereja Yesus Kristuslah yang mendapat wewenang untuk mengajar dan wewenang untuk mengajar soal-soal iman dan susila ada di tangan para uskup sebagai pewaris sah para rasul dengan Paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. Mengapa? sebab dalam 2Pet 3:15-16 diingatkan bahwa Alkitab sangat sulit untuk dimengerti sehingga butuh wewenang khusus untuk menafsirkannya dan wewenang itu ada ditangan Gereja yang sudah diberi wewenang oleh Yesus sendiri.
DOKUMEN-DOKUMEN
Magisterium
Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. Dasar Magisterium adalah sebagai berikut :
Tradisi Suci
Allah "menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (1Tim 2:4), artinya supaya semua orang mengenal Yesus Kristus. Karena itu Kristus harus diwartakan kepada semua bangsa dan manusia dan wahyu mesti sampai ke Batas-Batas dunia."Dalam kebaikan-Nya Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan" (DV 7).(KGK 74)
"Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia karunia Ilahi kepada mereka" (DV 7). (KGK 75)
Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan "tradisi", yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. "Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya" (DV 8). "Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa" (DV 8). (KGK 78)
Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu.Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus.(KGK 83)
"Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja " (DV 10). Di dalamnya Gereja yang berziarah memandang Tuhan, sumber segala kekayaannya, seperti dalam sebuah cermin. (KGK 97)
Kitab Suci
Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara: -- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari"; -- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)
"Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang `mereka serahi kedudukan mereka untuk mengajar" (DV 7). Maka, "pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus
dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada putusnya" (DV 8). (KGK 77)
Dengan demikian pe-nyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: "Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawan-cara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantar-kan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)" (DV 8). (KGK 79)
Apa dasar hubungannya Tradisi dan Kitab Suci
"Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber Ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama" (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendayagunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya "sampai akhir zaman" (Mat 28:20).
"Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh Ilahi". "Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh Kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia" (DV 9).(KGK 81)
"Dengan demikian maka Gereja", yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, "menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama" (DV 9). (KGK 82)
Kiriman : Andika
Sumber : http://www.imankatolik.or.id