Minggu Adven II
Tema: Hidup Rukun Damai
Homili oleh Pastor P. Prilion MSF
Bacaan I : Yes 11: 1 - 10
Bacaan II: Rom 15 : 4 - 9
Bacaan Injil : Mat 3 : 1 - 12
Menjadi orang yang dapat membawa kerukunan dan kedamaian sangatlah sulit. Untuk dapat menjadi orang yang membawa kerukunan dan kedamaian, hendaknya kita bisa menghargai, menghormati, dan mencintai orang lain. Apabila kita masih suka gosip atau suka menjadi provokator, maka kita tidak layak disebut sebagai orang pembawa damai.
Apabila orang itu hidup dalam damai pasti orang itu bisa menghormati, menghargai dan mencintai orang lain, seperti yang tertulis dalam bacaan I hari ini, "Pada masa itu serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama- sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama- sama makan rumput dan dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Bayi akan bermain- main dekat liang ular tedung, dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak." Nabi Yesaya menggambarkannya dengan ideal apa yang dimaksud oleh Tuhan tentang hidup rukun dan damai yaitu tidak ada lagi orang rakus, saling membenci, saling memangsa dan saling menjerumuskan satu dengan yang lain.
Hidup rukun dan damai juga jelas digambarkan dalam bacaan II, "Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu,sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus." Jelas sekali bahwa Tuhan menghendaki kita untuk hidup rukun dan damai.
Jadi, kalau kita hidup rukun dan damai, persaudaran dan kedamaian akan hadir dalam kehidupan paroki kita yaitu dengan tidak saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Inilah yang diserukan oleh Yohanes Pembabtis dalam bacaan Injil hari ini yaitu yang paling penting adalah kembali kepada Tuhan, berdamai dengan sesama dan Tuhan. Apakah kita sebagai murid-murid Yesus berani mengupayakannya ini semua supaya kita hidup rukun dan damai?
Tidak dipungkiri bahwa gambaran Nabi Yesaya masih jauh dari hidup kita. Namun itu kembali kepada diri kita masing- masing, bagaimana pertama- tama di dalam hati kita, kita ingin bersahabat dan bersaudara dengan orang lain. Apabila kita bisa demikian, maka kita siap dan pantas menyambut Yesus untuk Natal di dalam hati kita. Tetapi kalau kita masih belum bisa hidup rukun dan damai dengan suami, istri, anak atau tetangga, maka kita belum pantas untuk menyambut Sang Raja damai dalam kehidupan kita. Mari kita memulainya hari ini supaya kita bisa hidup rukun dan damai. Rahmat Allah memberkati kita semua. Amin. ( Homili dirangkum oleh Ibu Bernadet)
MINGGU ADVEN I
Tema : Menjadi Wasit (atau Hakim) yang baik
Oleh : Pastor P. Prilion MSF
Bacaan I : Yes 2:1-5
Bacaan II: Rom 13:11-14a
Bancaan Injil : Mat 24:37-44
Tema Natal adalah Datanglah Hai Raja Damai , sebelum menerima Raja Damai pertama tama kita harus menjadi hakim/wasit yang baik.
Ciri wasit adalah 1. Tahu aturan
2. Adil dan netral
Bayangkan jika wasit tinju hanya mengetahui tentang olahraga sepak takraw, maka apa yang akan terjadi dalam pertandingan tinju.
Kalau ingin menjadi wasit harus tahu aturannya tapi susahnya wasit /hakim kadang membolak balikkan fakta. Hitam bisa menjadi putih bahkan putih dijadikan hitam. Banyak wasit yang tahu aturan tapi tidak menjalankan sesuai aturan, sehingga tidak membawa sesuatu yang baik.
Menurut pengalaman pastor , ketika membawakan acara rekoleksi RS Dirgahayu, ketika para mahasiswa disuruh menuliskah 10 hal yang positif dan 10 hal yang negative dari diri pribadi sangatlah sulit. Karena menilai diri sendiri jauh lebih sulit. Maka sebelum menjadi wasit bagi orang lain, kita harus menjadi wasit bagi diri sendiri. Dan menjadi wasit / hakim bagi diri sendiri jauh sulit. Wasit yang baik harus membersihkan diri, tahu siapa diri kita bahwa kita tidak sempurna. Kita harus siap dan berjaga jaga dengan menjadi wasit yang baik bagi diri kita sendiri. Sesuai bacaan Injil, kita berjaga jaga terutama dalam masa adven adalah kesempatan untuk membersihkan diri.
Menurut bacaan II kita harus menjadi anak anak terang, kita harus hidup dalam terang, hidup di siang hari. Pencuri dan kejahatan lebih banyak terjadi pada malam hari, maka perbuatan jahat identik dengan kegelapan. Lupa akan hari, lupa ke gereja karena kesibukan , bisa terjadi karena kita tidak hidup sebagai anak siang hari bukanlah anak terang. Setelah kita bisa menjadi anak terang baru kita bisa melaksanakan apa yang tertulis di bacaan I yaitu menjadi wasit/hakim yang baik. Kalau hidup kita masih senang memprovokasi orang lain, maka kita tidaklah menjadi anak terang.
Bacaan bacaan diatas menyiapkan diri kita agar Raja Damai masuk dalam hidup kita, sehingga kita menjadi hakim yang terang, bagaimana kita dapat hidup dalam terang ? caranya dengan rajin ke gereja, mengaku dosa , ikut acara donor darah dsb.
Masa kurang lebih 4 minggu, mari kita gunakan untuk membersihkan diri dan hati kita sehingga NATAL kita mengenakan hati yang baru bukan hanya sekedar baju baru. Sehingga Sang Raja Damai boleh hadir dan kita menjadi wasit / hakim yang baik terutama bagi diri kita sendiri. Rahmat Allah memberkati kita semua Amin.
Pendahuluan
Begitu pentingnya peristiwa kelahiran Yesus Sang Putera, sehingga Gereja mempersiapkan umatnya untuk memperingatinya; dan masa persiapan ini dikenal dengan masa Adven. Kata “adven” sendiri berasal dari kata "adventus" dari bahasa Latin, yang artinya "kedatangan". Masa Adven yang kita kenal saat ini sebenarnya telah melalui perkembangan yang cukup panjang. Pada tahun 590, sinode di Macon, Gaul, menetapkan masa pertobatan dan persiapan kedatangan Kristus. Kita juga menemukan bukti dari homili Minggu ke-2 masa Adven dari St. Gregorius Agung (Masa kepausan 590-604). Dari Gelasian Sacramentary, kita dapat melihat adanya 5 minggu masa Adven, yang kemudian diubah menjadi 4 minggu oleh Paus Gregorius VII (1073-1085). Sampai sekarang, masa Adven ini dimulai dari hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November (hari raya St. Andreas) selama 4 minggu ke depan sampai kepada hari Natal pada tanggal 25 Desember.
800x600
SANG RAJA
Homili Misa Sabtu sore, 23 November 2013 oleh Romo I. Warna Binarja, SJ
Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
Bacaan I : 2 Sam 5: 1 - 3
Bacaan II : Kol 1: 12 - 30
Bacaan Injil : Luk 23: 35 - 43
Kerap kali kita dengar istilah kerajaan Allah, dan Kristus adalah Raja dan sebagainya. Sebenarnya yang mau diungkapkan di sana adalah daya kekuatan ilahi Kristus atas segala ciptaanNya ,baik manusia maupun ciptaan non manusia (binatang, tumbuhan, bebatuan, cairan, udara dan lain sebagainya).
Jadi, “raja” terutama dalam arti itu kekuatan yang sangat nyata namun penuh misteri bagaimana daya kekuatan ilahi Allah itu “kena” pada setiap ciptaanNya baik manusia maupun non manusia. Dari situ, kita harus mulai dari sang sabda. Pada dasarnya yang disebut dengan sabda adalah sabda dari Bapa. Maka, kalau misalnya seseorang mengatakan saya menghendaki ini, maka sebenarnya kata ini berarti sabda yang keluar dari orang itu. Dan dengan sendirinya, kata yg keluar dari orang itu sangat bersatu dengan pribadi yang berkata/ mengatakannya. Jadi, sabda itu sesungguhnya sama dengan seluruh isi hati dari yang mengatakan atau yang bersabda. Dalam injil sangat kuat sekali bagaimana Yesus mengucapkan “bahwa Aku dan Bapa adalah satu”. Dengan demikian Yesus Kristus jauh melebihi dari nabi- nabi di dunia ini. Kalau sabda itu dilihat dari orang yang bersabda , maka sabda itu keluar dari orang yg bersabda. Oleh karena itu Yesus Kristus disebut sebagai sang sabda yg keluar dari Bapa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “putra” berati “yang keluar dari”. Maka, Allah Putra Yesus Kristus sungguh putra yang keluar dari Bapa. Dalam hal itu, kita bisa melihat bahwa sesungguhnya Yesus dianugerahi kekuasaan atas surga dan alam raya. Itulah makna sebenarnya bahwa Bapa bersatu dengan Yesus Kristus menguasai surga dan alam raya.
Kita perlu melihat bahwa sesungguhnya yang diciptakan oleh Bapa melalui sabda adalah tidak hanya orang kristiani tetapi semua manusia diciptakan oleh sang sabda dalam kesatuannya dengan Bapa dan Roh Kudus. Dengan demikian, setiap manusia di bumi ini yang diciptakan oleh sang raja Kristus itu sungguh- sungguh sebagai gambar pribadi Allah (Kej 1:26-27).
Orang kristiani yg sudah dibaptis adalah manusia ciptaan Tuhan yang diciptakan segambar dengan pribadi Allah yg diangkat menjadi anak Allah seperti Yesus Kristus . Begitu juga dengan manusia yang tidak dibabtis juga merupakan gambar pribadi Allah yang tidak lepas dari kekuatan Kristus.
Maka nampaklah bahwa sang sabda adalah sungguh raja yang dayanya menyentuh semua orang dari segala zaman, dan di situ daya ilahi Allah dalam manusia-manusia itu selalu mendorong supaya manusia bersatu karena Tuhan menghendaki supaya semua orang selamat (1 Tim 2:4). Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa sesungguhnya Kristus itu memancarkan dayanya untuk menguruskan atau mengolah semua orang khususnya umat kristiani yg sudah dibaptis.
Itulah sebabnya mengapa gereja Katolik di dunia maupun di Indonesia menegaskan kita harus mempelopori persaudaraan yang sejati antar umat khususnya yang percaya kepada Tuhan supaya orang banyak terpanggil dan dibentuk kekuatannya.
Cerita singkat, ada seorang romo di Surabaya yang berasal dari suatu keluarga yang dulunya non kristiani hingga pada akhirnya memutuskan untuk mengikut Kristus. Ayah dari romo tersebut dulunya adalah orang yang sangat mendalami kitab suci agamanya, lalu ia sampai pada bagian mengenai Nabi Isa. Kemudian, ia mulai bertanya- tanya mengenai Nabi Isa. Pada suatu ketika, ia bertemu dengan seorang romo yang sedang berkunjung ke stasi. Si ayah ini bertanya tentang Nabi Isa kepada romo tersebut. Setelah ia menemukan jawaban mengenai Nabi Isa, si ayah tersebut memutuskan untuk mengikut Kristus . Pengalaman tersebut merupakan contoh kecil tetapi nyata dalam kehidupan kita.
Semoga kita semua memperoleh iman yang kuat akan Yesus Kristus Tuhan kita yang sungguh adalah raja yang karena daya ilahi-Nya menyentuh semua ciptaan memelihara, mengurus, mengembangkan, menyempurnakan semua ciptaanNya,baik manusia maupun non manusia (binatang, tumbuhan, batuan, cairan dan lain sebagainya). (Homili dirangkum Oleh Ibu Bernadeth Yulia)
Halaman 3 dari 3