Kalender Kegiatan

No events
May 2024
S M T W T F S
28 29 30 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 1

Login Pengguna

Artikel

Hidup keagamaan yang Palsu

Diterbitkan pada 17 Februari 2014
Ditulis oleh Romulus Narrotama

 

Hidup  keagamaan yang Palsu

Bacaan

Sir 15:15-20  1 Kor 2:6-10  Mat 5:17-37

PENGANTAR


     Injil Matius Hari Minggu ini adalah petikan dari ajaran dasar Yesus, yang terdapat dalam Khotbah-Nya di Bukit (Mat 5-7). Dari pelbagai perbedaan di antara hukum yang berlaku dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru, yang disebut  Yesus dalam Injil itu, sikap dasar hidup keagamaan kita terhadap Allah dan sesama diungkapkan-Nya dalam kata-kata berikut ini: “Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat 5:20). Marilah kita berusaha memahami makna hidup keagamaan kristiani yang benar menurut  ajaran Yesus tersebut.

HOMILI
     Hidup  keagamaan kita sangat menentukan sikap, hidup dan perbuatan kita terhadap Allah dan sekaligus terhadap sesama kita.

Yang dimaksudkan di sini ialah hidup keagamaan kita sebagai orang yang sungguh beriman kristiani. Agama atau kepercayaan yang dianut orang menurut keyakinan masing-masing pada umumnya adalah baik dan bertujuan menolongnya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah yang diimaninya. Tetapi dalam kenyataannya pelaksanaan penghayatan hidup beragama oleh banyak itu berbeda. Yang berbeda bukan hanya isi ajaran agamanya atau bentuk dan cara pelaksanaannya yang tampak, melainkan juga dan terutama sikap dasar atau suara batin yang menggerakan hidup dan sikap menghayati keagamaannya masing-masing.

     Sebagai contoh ada beberapa fakta. Misalnya di Sampang, Madura, aliran agama Islam Syiah tidak diterima dengan baik oleh sesama umat Muslim setempat. Di tempat lain lagi ada rumah ibadat Islam Ahmadyah dirusak. Ada juga di tempat lain suatu gedung gereja Protestan dan Katolik dirusak. Di Ciledug di Jawa Barat, umat Katolik   sesudah menunggu bertahun-tahun akhirnya memiliki surat IMB dari Pemerintah untuk membangun gereja untuk paroki.Tetapi sampai sekarang pembangunannya belum dapat dilaksanakan, karena tetap ada golongan agama lain yang menentangnya.

     Contoh lain di kalangan umat kristiani sendiri. Ada umat-umat kristiani yang resmi sudah dibaptis, punya surat baptis dan dalam KTP-nya tertulis agamanya katolik, mereka melakukan ibadat menurut  peraturan Gereja, termasuk mengikuti liturgi misa dalam gereja dan menerima Yesus dalam ekaristi, yang dalam kasih-Nya memberikan diri-Nya kepada semua orang yang berkehendak baik. Tetapi mereka ini tidak rukun satu sama lain, saling bertengkar, dan mau saling memaafkan atau saling menolong. Mereka itu tampaknya banyak berdoa dan beribadat.   

     Itulah beberapa contoh tentang orang-orang yang dimaksudkan Yesus, yang hidup keagamaannya tidak lebih daripada hidup keagamaan kaum Farisi. Karena itu tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, atau dengan kata lain tidak akan diselamatkan.

     Pesan yang disampaikan Yesus kepada kita, bila sungguh ingin diselamatkan oleh-Nya, harus bersikap dan hidup seperti Dia sendiri. Yaitu sungguh taat dan melaksanakan apa yang dikehendaki Allah Bapa-Nya, yakni meneruskan kasih Allah kepada semua orang. Menghormati, memuji, meluhurkan Allah pada dasar-nya tak lain tak bukan adalah mengasihi Allah dengan sekaligus mengasihi sesama manusia, yang dikasihi-Nya.  Kalau Allah, seperti dibutikan Yesus, mengasihi semua orang  yang berhendak baik, dan bila kita sungguh ingin menjadi murid Yesus, bukankah kita harus berbuat seperti Dia? Yesus mengasihi Allah Bapa-Nya, yang mengasihi manusia, maka Yesus mengasihi semua orang seperti dilakukan Bapa-Nya. Kalau kita sungguh ingin menjadi murid Yesus, maka kasih kita kepada Allah harus juga serupa dengan kasih Yesus kepada Allah Bapa namun sekaligus kepada sesama.

     Ibaratnya, hidup keagamaan kita hanya benar dan murni, bukan seperti hidup keagamaan kaum Farisi, apabila kasih kita kepada Allah merupakan juga sikap, hidup dan perbuatan kasih kita kepada sesama. Ibadat dalam hidup keagamaan yang benar adalah ungkapan kasih nyata kepada sesama kita. Sebaliknya, hidup keagamaan apapun dan bagaimanapun bentuknya namun tanpa kasih adalah palsu. Ibadat apapun kepada Allah tetapi sekaligus disertai permusuhan, benci, dendam, ketidakadilan terhadap sesama, adalah penipuan diri manusia terhadap dirinya yang paling berbahaya, yang berarti menolak Kristus. Berarti hidup keagamaan palsu.


Sumber : Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm   (www.imankatolik.or.id)          

 

Share

Berlangganan Warta

Silakan masukkan Nama dan Email untuk berlangganan Warta dari website secara teratur.


Receive HTML?

Informasi Umum

Misa Mingguan


Minggu 08:00 dan 17:30

Misa Harian

Senin-Jumat 17:30 (Sementara Off)

Alamat Surat
Paroki Santa Theresia Balikpapan
 
Jalan Prapatan RT 23 No 1A 
Telpon 0542-421952 
Balikpapan

Pastor Paroki:
P. Frans Huvang Hurang MSF

Pastor Rekan:
P. Tarsy Asmat MSF