Kalender Kegiatan

No events
October 2025
S M T W T F S
28 29 30 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 1

Login Pengguna

Artikel

Berdoa dengan PERANTARAAN atau Berdoa BERSAMA Bunda Maria dan Orang-orang Kudus?

Diterbitkan pada 18 November 2010

Oleh: Viktor Satu, S.S.

“Begitu banyak pintu kebenaran yang diciptakan oleh Tuhan sehingga memungkinkan manusia untuk mengetuknya dengan jari-jari iman” (Kahlil Gibran).

 

Dalam sebuah dialog interaktif antara guru dan murid dalam sebuah pelajaran agama, seorang murid pernah bertanya demikian: “Pak, dalam sebuah kotbah yang dibawakan oleh seorang tokoh agama, saya pernah mendengar mereka mengatakan demikian. Agama katolik memiliki banyak Tuhan antara lain Yesus, Bunda Maria, Santo-Santa, ataupun orang-orang kudus lainnya. Pertanyaan saya, benarkah pernyataan tersebut??. Jika jawabannya ya, lalu mengapa?. Namun jika tidak, diantara semua tokoh tersebut manakah yang disebut dengan Tuhan dan mana yang tidak?

Sebagai orang katolik pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya ditujukan kepada guru agama saja tetapi juga kepada kita semua sebagai pemeluk agama Katolik.  Kita diharapkan untuk mampu menjelaskan pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut walaupun hanya dengan dengan jawaban-jawaban yang sederhana. Namun selain pertanyaan-pertanyaan di atas, pada bulan November ini ada dua perayaan besar yang berkaitan dengan iman  kita. Dua perayaan besar tersebut antara lain peringatan semua orang kudus yang dirayakan setiap tanggal 1 November dan peringatan arwah semua umat beriman yang diperingati setiap tanggal 2 November. Oleh karena itu dalam artikel kecil ini saya mencoba untuk menguraikan secara singkat beberapa hal mengenai praktek-praktek doa dan perayaan yang dilakukan oleh umat katolik.

 

Hakekat Doa

Dalam sejarah keselamatan, Panggilan Allah kepada manusia untuk bersatu kembali dengan-Nya terjadi dalam berbagai macam peristiwa. Hal itu terwujud dalam perjumpaan baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Perjumpaan antara Allah dengan manusia tersebut merupakan perjumpaan yang berlandaskan pada perjumpaan kasih. Allah menciptakan dan menganugerahkan kehidupan ini, karena Allah mengasihi kita agar kitapun ikut ambil bagian dalam kebahagiaan dan kepenuhan hidup Allah. Sebab kebahagiaan dan kepenuhan hidup  yang sejati hanyalah milik Allah dan hanya ada pada Allah.

Perjumpaan tersebut kemudian berpuncak pada diutusnya Yesus Kristus putra-Nya ke dalam dunia ini. Hal ini sebagaimana dilukiskan oleh Titus demikian: setelah nampaklah kemurahan, Allah juruselamat kita, dan cintanya kepada manusia bukanlah berdasarkan pada pekerjaan-pekerjaan kita dalam keadaan “benar” yang kita perbuat melainkan menurut belaskasihNya ia telah menyelamatkan kita melalui pembasuhan (baptisan) kelahiran kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus, yang dengan berlimpah dicurahkannya atas kita melalui Yesus Kristus, Juru selamat kita, agar setelah dibenarkan berdasarkan kasih karuniaNya, kita dijadikan ahli waris hidup kekal sesuai pengharapan. (Titus 3:4-7).

Yesus Kristus menjadi juru selamat, sumber dan sekaligus  puncak dari kehadiran Allah ditandai dalam dua hal yakni, Pertama, kehadiran Allah dalam  diri Yesus Kristus secara rohani, hakiki, pengantaraan, dan penampakan. Secara rohani, pemenuhan Manusia Yesus dengan Roh Kudus itu menjadikan Dia sungguh-sungguh Allah adanya. Kehadiran secara hakiki mengandung keyakinan bahwa Yesus itu sehakekat dengan Allah, tanpa kehilangan hakekat insaninya, manusia Yesus berpribadi Ilahi.  Karena itu dalam kitab Injil Yesus disapa dengan gelar “Kirios” (Tuhan) yang dalam kitab-kitab perjanjian lama dipakai untuk Allah. Sebagai pengantara (mediatoris), Yesus merupakan pembawa kasih karunia Allah, yang sekaligus menjadi pendamai antara manusia dengan Allah.  Karena hanya Dialah yang sekaligus sungguh manusia (Rm 5:15) dan sungguh Allah (Rm 9:5). Sebagai penampakan Allah artinya, Yesus sebagai pewahyu Ilahi yang sungguh-sungguh sudah menjadi daging  menampakan kehadiran Allah dalam persitiwa wafat dan kebangkitanNya. Kedua, kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus yang ditandai dengan adanya pewahyuan (revelatoris). Artinya Yesus merupakan kepenuhan kehadiran Allah dan hanya dalam Yesus saja hadirlah kepenuhan Allah. Hal ini  dapat terlihat dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Dalam peristiwa itulah sungguh-sungguh nampak jelas bahwa antara Yesus dengan Allah Bapa  itu sehakekat.

Perjumpaan antara Allah dan manusia dalam diri Yesus ini diprakarsai oleh Allah sendiri, baru kemudian ditanggapi oleh manusia. Tanggapan dan jawaban manusia atas kasih Allah itulah yang kemudian kita sebut dengan iman.  Iman kepada Allah diungkap, dilukiskan dan disikapi oleh manusia. Oleh karena iman, manusia mampu berdialog dengan  Allah.  Iman kita baru menjadi hidup dan lebih hidup jika sungguh mulai bercakap-cakap dengan Tuhan yang telah bangkit. Percakapan itulah yang biasa kita sebut dengan doa yakni percakapan antara Allah dan manusia.

Doa seringkali disebut pernafasan jiwa. Sebab dengan berdoa kita menjadi senafas dengan Allah. Allah berkata kepada kita “anak-anakKu” dan  kita menyahut “Bapa Kami”. Doa singkat yang pertama adalah tanda salib: Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.  Dengan mengucapkan tanda salib kita mengarahkan diri  kepada misteri cinta kasih yang menanggung serta menghidupi dunia. Dengan tangan kita menarik garis penebusan vertikal, dari Bapa di surga ke Putera di bumi yang telah menebus kita dengan salibNya. Kemudian horizontal yakni Roh kudus membuat semua orang sebagai anak-anak se-Bapa menjadi saudara dan saudari satu sama lain. Karena itu berdoa tidaklah berarti hanya kontak dengan Allah semata melainkan juga membiarkan diri disapa Allah Bapa semua orang, dan sekaligus membuat pemeliharaan-Nya terhadap orang-orang itu menjadi keprihatinan-Ku juga. Karena itu berdoa juga dapat dilakukan secara bersama (doa bersama) maupun secara pribadi (doa pribadi).

 

Doa-doa Devosi

Doa dapat timbul dari berbagai macam hal antara lain kekaguman akan keindahan manusia maupun keindahan alam, kemarahan karena perlakuan tak adil, kebingungan, penderitaan, ucapan syukur dan lain sebagainya. Berdoa menjadi lebih dekat dan berarti ketika tidak hanya menyentuh perasaan-perasaan semata melainkan juga mampu menyapa Yang Lain,  entah Allah entah orang–orang kudus-Nya dengan sebutan yang khas bagi kita sendiri, Engkau; Bapa, anak-Mu, dan lain sebagainya. Atas dasar inilah maka Gereja sebagai salah satu sumber dan jalan keselamatan umat manusia, menawarkan berbagai macam cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sang pemberi wahyu. Cara-cara tersebut bersifat resmi dan tidak resmi. Cara yang bersifat resmi diwujudkan dengan adanya liturgi resmi yakni melalui ketujuh sakramen yang semuanya berpusat dan berpuncak pada perayaan ekaristi. Sedangkan cara yang tidak resmi namun dianjurkan oleh Gereja yakni melalui devosi-devosi pribadi seperti novena, Rosario, jalan salib, doa kepada santo dan santa dan lain sebagainya.

Kata Devosi  sendiri berasal dari bahasa Latin yakni devotio yang berarti, kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Maka devosi  merupakan sikap hati dan perwujudan dimana seseorang mengarahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam kristiani, devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi. Ungkapan tersebut bersifat spontan dan bebas sehingga perwujudanyapun dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama.

Secara  historis, liturgi resmi Gereja yang tegas dan kaku membawa keterasingan dan ketidakterlibatan umat sehingga menyebabkan kehausan dan kerinduan umat akan bentuk-bentuk pengungkapan iman yang lebih mudah, sederhana dan memuaskan kebutuhan afeksi. Karena itu yang lebih penting dari doa devosi bukanlah rumusan doa-doa yang indah  melainkan unsur perasaanlah yang lebih diutamakan. Dengan demikian Gereja juga mengakui dan menghargai aneka bentuk devosi umat yang apabila dihayati dalam roh dan kebenaran membawa ke perjumpaan sejati dengan Allah.

Walaupun Gereja menganjurkan Devosi, namun tetap diharapkan bahwa devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar sebagaimana tertera dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja. Karena itu dalam hal devosi ini Gereja membedakan antara penyembahan (latri ) dan penghormatan (dulia). Penyembahan hanya dibaktikan kepada Allah yang menciptakan segala sesuatunya. Hal ini dapat berwujud penyembahan Sakramen Maha Kudus.

Sedangkan penghormatan hanya dihaturkan kepada orang-orang kudus seperti devosi kepada Maria dan kepada santo dan santa. Devosi kepada orang-orang kudus ini tidak hanya berhenti pada mereka saja, namun lebih jauh harus sampai kepada Allah. Penghormatan kepada orang-orang kudus ini, karena kesatuan cinta dan penghormatan mereka yang tulus kepada subyek cinta mereka yakni Allah sendiri.

Hal ini sebagaimana yang tertera dalam Katekismus Gereja Katolik no 956  tentang Doa syafaat para kudus bahwa Sebab para penghuni surga bersatu lebih erat dengan Kristus, mereka lebih meneguhkan seluruh Gereja dalam kesuciannya; mereka menambah keagungan ibadat kepada Allah, yang dilaksanakan oleh Gereja di dunia; dan dengan pelbagai cara mereka membawa sumbangan bagi penyempurnaan pembangunannya. Sebab mereka, yang telah ditampung di tanah air dan menetap pada Tuhan, karena Dia, bersama Dia, dan dalam Dia, tidak pernah berhenti menjadi pengantara kita di hadirat Bapa, sambil mempersembahkan pahala-pahala, yang telah mereka peroleh di dunia, melalui Pengantara tunggal antara Allah dan manusia yakni: Kristus Yesus. Demikianlah kelemahan kita amat banyak dibantu oleh perhatian mereka sebagai saudara” (LG 49).  Katekismus No 957, Persekutuan dengan para orang kudus menegaskan bahwa “Kita merayakan kenangan para penghuni surga bukan hanya karena teladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Roh diteguhkan dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan. Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pula keikut-sertaan dengan para kudus menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala mengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri” (LG 50).            Atas dasar inilah maka kita membedakan antara berdoa bersama Bunda Maria dan orang kudus dan berdoa dengan perantaraan Yesus Kristus.

 

Peringatan Arwah Semua Umat Beriman

Berbeda dengan berdoa kepada Allah bersama para kudus, maka pada setiap tanggal 2 November, kita bersama seluruh Gereja sedunia mengadakan peringatan arwah semua umat beriman. Peringatan tersebut diadakan dengan adanya sebuah keyakinan bahwa masih ada arwah umat beriman yang berdosa berada dalam api penyucian. Hal ini dilatarbelakangi oleh pandangan dan keyakinan Gereja akan adanya tiga tempat kehidupan manusia sesudah kematiannya.

Pertama, Neraka. Dalam perjanjian lama, neraka dipahami sebagai tempat arwah-arwah orang jahat berkumpul, tempat dimana mereka mengalami penderitaan sebagai hukuman dari Allah. Neraka dilukiskan sebagai tempat yang penuh dengan ulat (Yes 66:24) api, hukuman Allah (Yes 30:27). Sedangkan dalam perjanjian baru neraka dipahami sebagai terpisah  jauh dari surga abadi (Luk 16:19-31). Di neraka terdengar tangisan dan kertak gigi karena panasnya api. (Mat 13:42).

Kedua, Surga. Dalam perjanjian lama surga disebut sebagai tempat Allah bertahta. Disana Allah dikelilingi bala tentara surga yang siap  melaksanakan kehendaknya (Ayb 1:6-12). Dalam perjanjian baru surga dipahami tidak hanya sebagai ditempati  Allah melainkankan juga tempat orang-orang kudus seperti Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31).

Ketiga, Api penyucian. Api penyucian atau yang biasa disebut dengan tempat  penantian diyakini sebagai tempat dimana arwah orang-orang beriman yang berdosa masih dapat didoakan, supaya dosa mereka diampuni, lalu dinilai pantas untuk mengalami kebangkitan (II Makabe 12:42-45). Api Penyucian atau purgatorium menurut Katekismus Gereja Katolik adalah merupakan :1) Suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian. 2) Pemurnian di dalam Api Penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka. 3) Kita pun dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujud Misa Kudus bagi mereka. 4) Hanya orang yang belum sempurna dalam rahmat yang dapat masuk ke dalam Api Penyucian. Api Penyucian bukan merupakan kesempatan kedua bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat dari dosa berat.  5) Api Penyucian ada untuk memurnikan dan memperbaiki. Akibat dari dosa dibersihkan, dan hukuman/konsekuensi dosa yang harus ‘dilunasi’.  6)  Api Penyucian itu hanya sementara. Setelah disucikan di sini, jiwa-jiwa dapat masuk surga. Semua yang masuk Api Penyucian ini akan masuk surga. Api Penyucian tidak ada lagi pada akhir jaman, sebab setelah itu yang ada hanya tinggal Surga dan neraka.

 

Makna doa

Hidup kita hanyalah pemberian dan karunia Allah. Sehebat-hebatnya orang di dunia ini untuk mampu menjaga kesehatan dan memperpanjang usia, tak seorangpun mampu menghindari suatu kepastian yakni kematian. Pengalaman akan keterbatasan diri dan hidup ini merupakan pengalaman manusia secara universal. Oleh karenanya dalam kebersamaan dengan semua umat beriman yang masih dalam peziarahan, kebersamaan dengan mereka yang telah berbahagia bersama Allah Bapa di surga kita dipanggil untuk bersama saling mendoakan satu sama lainnya. Dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal, kita diingatkan bahwa suatu saat akan tiba bagi kita sendiri untuk dipanggil Tuhan. Dan saat itu kitapun membutuhkan doa-doa dari saudara seiman.

Semoga mereka yang telah kita doakan juga akan mendoakan jiwa kita, Khususnya jika tiba saatnya nanti. Demikianlah, indahnya kesatuan kasih antara umat beriman. Kita saling mendoakan, bukan karena menganggap kuasa Tuhan kurang ‘ampuh’ untuk membawa kita kepada keselamatan. Melainkan karena kita menjalankan perintah-Nya, yaitu agar kita saling mendoakan dan saling menanggung beban, untuk memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2); dan dengan demikian kita mengambil bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Sebab di dalam Kristus, kita semua memiliki pengharapan akan kasih Tuhan yang mengatasi segala sesuatu. Maka kita dapat berkata bersama Rasul Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39).

Daftar Pustaka

Dr. Nico Syukur Dister OFM, Pengantar Teologi, Kanisius 1991

Dr. Nico Syukur Dister OFM, Kristologi, Sebuah Sketsa, Kanisius 1987

Dr. Al. Purwa Hadiwardaya, MSF, Catatan-catatan Singkat tentang Kitab Suci, Kanisius 2001

Dr. E. Martasudjita, Pr., Sakramen-Sakramen Gereja, Tinjauan Teologis Liturgis dan Pastoral, Kanisius 2003

Dr. E. Martasudjita, Pr., Pengantar Liturgi, Makna, sejarah, dan Teologi Liturgi, Kanisius 1999

Proff.Dr. Ignasius Suharyo, Pr., Dunia Perjanjian Baru, Kanisius 1991

Karl Heinz Peschke, SVD., Etika Kristiani Jilid II, Kewajiban Moral dalam Kehidupan Keagamaan, Ledalero 2003

Dr. C. Groenen, OFM., Soteriologi Alkitabiah, Keselamatan yang diberitakan Alkitab, Kanisius 1989.

R. Hardawiryana, S.J., (penerjemah), Dokumen Konsili Vatikan II, Obor 1993

Kahlil Gibran, Luka-luka Cinta, Diva Press 2004

http://katolisitas.org/2009/08/06/apakah-mohon-doa-dari-para-orang-kudus-bertentangan-dengan-firman-tuhan/

The Catechism of the Council of Trent or  (The Catechism for Parish Priests)dalam The Catholic Primer: www.catholicprimer.org

Mark Miravalle, S.T.D. What is Devotion to Mary?

Rosarium Virginis Mariae http://en.wikipedia.org/wiki/Rosarium_Virginis_Mariae

Rosary devotions and spirituality http://en.wikipedia.org/wiki/Rosary_devotions_and_spirituality

Blessed Virgin Mary (Roman Catholic) http://en.wikipedia.org/wiki/Blessed_Virgin_Mary_(Roman_Catholic)

Rosary. http://en.wikipedia.org/wiki/Rosary

Devotion to the Blessed Virgin Maryhttp://www.newadvent.org/cathen/15459a.htm

 

 

Share

Berlangganan Warta

Silakan masukkan Nama dan Email untuk berlangganan Warta dari website secara teratur.


Receive HTML?

Informasi Umum

Misa Mingguan


Minggu 08:00 dan 17:30

Misa Harian

Senin-Jumat 17:30 (Sementara Off)

Alamat Surat
Paroki Santa Theresia Balikpapan
 
Jalan Prapatan RT 23 No 1A 
Telpon 0542-421952 
Balikpapan

Pastor Paroki:
P. Frans Huvang Hurang MSF

Pastor Rekan:
P. Tarsy Asmat MSF