MEDIA DIGITAL untuk KATEKESE KELUARGA (Bagian 1)
Pada tanggal 11-13 Juli 2014 yang lalu telah berlangsung sebuah pertemuan yang digagas oleh Komisi Keluarga dan Komisi Kateketik dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), perhelatan akbar ini dihadiri lebih dari 100 peserta yang terdiri dari para Pastor dan awam yang mewakili komunitas pendamping keluarga seperti Marriage Encounter , Choice, Couple For Christ, Santa Monica dan wakil dari beberapa keuskupan di Indonesia. Acara yang diselenggarakan di Puri Avia, Bogor ini adalah pertemuan lanjutan yang telah diadakan tahun lalu yang bertujuan menyikapi perkembangan Media digital terutama gadget yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi setiap keluarga katolik dewasa ini, tentunya agar media digital sungguh dapat menjadi berkat bagi keluarga dan komunitas.
Berikut prakata dari Mgr Frans Kopong Kung selaku Ketua Komisi Keluarga KWI di pembukaan acara ini :
“Sebagai pendamping keluarga, kita semua sadar dan tahu dari pertemuan tahun lalu bagaimana pengaruh media digital bagi masyarakat dan keluarga. Karenanya sekarang kita mau melihat media digital dari sisi pastoral untuk memanfatkannya. Hari ini, di Kompas juga dibahas bagaimana mass media digunakan dengan baik demi pendidikan, kecerdasan dan menjaga persatuan serta kepentingan hidup bersama sebagai suatu masyarakat bangsa dan gereja. Kita adalah komunitas pendamping keluarga, harus diingat bahwa yang berpastoral di dalam keluarga adalah keluarga itu sendiri. Kita adalah pendampingnya. Sebagai pendamping, penting untuk menjiwai komunitas di jaman ini sebagai communion. Kita harus menjiwai spiritualitas persekutuan tersebut. Communion sangat penting, dan sebagai komunitas pendamping kita harus mengembangkan spirit communion, kehadian kita di sini pun sudah menggambarkan communion. Semoga siprit communion di antara komunitas-komunitas yang hadir di sini semakin nyata dalam pelayanan kita. Terimakasih terhadap sharing Komunitas Kateketik dalam memanfaatkan sarana komunikasi untuk membangun keluarga dan membangun persekutuan. Semoga kita sebagai Gereja semakin kokoh dikuatkan lewat pertemuan ini untuk melayani di tengah tantangan media digital. Kita dampingi keluarga-keluarga dalam berkatekese. Yang perlu diingat, betapapun cantik dan hebatnya alat komunikasi, tetapi tak dapat menggantikan communion atau komunikasi langsung di dalam rumah tanga, Suami-Istri, orangtua-anak sangat membutuhkan komunikasi langsung yang personal. Karena, kita tahu bahwa jika Allah mengandalkan media saja, Yesus tak perlu datang ke dunia. Kehadiran Yesus ke dunia adalah bentuk komunikasi personal. Hal ini perlu ditegaskan oleh kita.
Ditambahkan oleh Rm. Hibertus Hartono, MSF selaku Sekretaris Eksekutif Komkel KWI bahwa Tema kita kali ini adalah tentang bagaimana media digital dapat digunakan untuk katekese. Tahun lalu kita mendalami bagaimana media komunikasi menjadi media perjumpaan. Inspirasinya dari orang Samaria yang baik hati. Bagaimana perjumpaan orang sehingga menjadi perjumpaan dengan sesama. Tetapi, perjumpaan dengan sesama saja belum cukup, maka bagaimana perjumpaan iman terjadi.
Jika kita lihat dalam hidup sehari hari, kita melihat adanya tiga kelompok yang berinteraksi dengan media digital. Yang pertama, kelompok yang natif, yang sejak lahir sudah mengalami media digital. Yang kedua, mereka yang transisi, atau yang ketika kecil belum mengenal media digital tetapi mengenalnya ketika sudah besar dan harus beradaptasi. Yang ketiga adalah para orang tua yang memang tak akan pernah dekat dengan dunia digital. Tetapi di kehidupan semacam itulah arena perjumpaan kita. (Dari youtube yang ditampilkan, diperlihatkan fenomena di mana orang tua boleh menggunakan handphone dan anak-anak dilarang, sehingga anak-anak menjadi frustasi). Jadi, sebuah keluarga dapat dirusak oleh masalah gadget. Padahal gadget sebagai suatu rahmat dikatakan oleh Paus (inter mirifica art.3). Kita menjadikan media komunikasi untuk pendidikan Kristen dan menyiarkan warta keselamatan. Namun, jika gadget tidak digunakan dengan baik maka bukannya menjadi rahmat tetapi mungkin menjadi kutuk. Pesan KomSos sedunia ke-48 tahun ini, lewat spiritualitas orang Samaria menegaskan bagaimana Media digital dapat menjadi berkat. Bersambung……